Selasa, 23-07-2024
  • Assalaamu'alaikum, Selamat Datang di Laman Resmi MTSS Nurul Islam Wuluhan

Kepercayaan Masyarakat Makkah Pra Islam

Diterbitkan :


Mengenal Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Allah SWT

Untuk memperluas wawasan tentang kondisi masyarakat Makkah dan jazirah Arab, kita akan membahas empat aspek yakni dari segi kepercayaan, sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Makkah sebelum datangnya Islam. Pada bagian pertama ini kita akan membahas kepercayaan masyarakat Makkah sebelum Islam. Namun sebelumnya silahkan anda juga bisa membaca posting sebelumnya yang membahas tentang Pengertian Ikhlas dan Perintah beramal Ikhlas.

Pada mulanya masyarakat Makkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as, yang kemudian dilanjtkan oleh putra beliau Nabi Ismail as. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa, dan Nabi Ismail membuahkan sejumlah ajaran serta kebudayaan Islam yang hingg saat ini terpelihara. Seperti ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan umat islam menapaktilasi proses perjalanan kehidupan keluarga ini pada salah satu rukun yang terdapat dalam ruku haji.

Setelah Nabi Ismail as wafat, masyarakat Makkah mulai pindah menyembah selain Allah swt. Proses perpindahan kepercayaan itu berawal dari Amir bin Lubai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke Syam. Diapun melihat penduduk kota Syam yang melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia pun merasa tertarik mempelajari serta mempraktikannya di Makkah. Maka ia pun berhala bernama Hubal dan meletakannya di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan berhala yang lainnya seperti Latta, Uzza, dan Manna.

Ia mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhala, sehingga masyarakat Makkah meyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhannya. Maka sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala hinggan mencapai 360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Makau mulailah sebuah kepercayaan baru di masyarakat Makkah dan kota Makkah, yang menjadi kota pusat penyembahan berhala.

Saat haji, bangsa Arab kemudian melihat berhala-berhala tersebut yang tertata di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan mengapa menyembah berhala?, para pembesar Makkah pun memberikan jawaban bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya masing-masing dan meniru cara ibadah masyarakay Makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di seluruh Jazirah Arab.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas, yang berbunyi:

‘Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh as merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi di lereng bukit yang terletak di kota Saba’.

Sedangkan Ya’uq adalah sesembahan suku Hamdan. Nasr dijadikan sesembahan dari suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’. Yang sesungguhnya bahwa nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh as. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung –patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah awal penyembahan terhadap berhala-berhala dimulai.

Masa itu disebut dengan masa Jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti bahwa mereka bodoh dari keilmuannya, akan tetapi mereka bodoh dari keimanan kepada Allah swt seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. Mereka menyimpangkan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim as.

Terdapat beberapa faktor yeng menjadi penyebab penyimpangan tersebut terjadi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.

2. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.

3. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain di luat Tuhan.

Selain kepercayaan terhadap penyembahan berhala, terdapat kepercayaan lain yang berkembang di Makkah saat itu, diantaranya.

1. Menyembah malaikat, sebagian bangsa Arab ada yang menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian beranggapan bahwa malaikat adalah putri Tuhan.

2. Menyembah jin, ruh, atau hantu. Sebagian dari mereka ada yang menjadikan jin, ruh leluhur mereka sebagai sesembahan. Mereka mengadakan sesajian berupa kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.

Di saat-saat agama islam yang dibawa Nabi Muhammad saw akan datang, beberapa orang sudah berusaha untk tidak menyembah berhala lagi dan berbalik menyebarkan agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Diantara mereka adalah Waraqah bin Naufa, Umayyah bin Shalt, Qus Saidah, Usman bin Khuwairis, Abdullah bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar. Mereka adalah kelompok yang menentang tradisi menyembah berhala. Namaun mereka wafat sebelum datangnya Islam. Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis : Kepala Madrasah

Editorial Lainnya




Jl. Panglima Besar Sudirman No. 133 Lojejer, Wuluhan, Jember, Jawa Timur, ID. 68162

mtsnuris27@gmail.com
www.mtsnuris.sch.id
(0336) 7124001

Agenda