Selasa, 23-07-2024
  • Assalaamu'alaikum, Selamat Datang di Laman Resmi MTSS Nurul Islam Wuluhan

Sifat Nafsiyah dan Salbiyah Allah swt

Diterbitkan :


Sudah selayaknyalah Allah swt memiliki sifat-sifat kesempurnaan, karena Dia adalah maha pencipta, Allah swt yang menciptakan alam semesta ini. Sifat kesempurnaan Allah swt jauh diatas sifat-sifat manusia sabagai makhluk ciptaan-Nya. Kali ini kita akan membahas sifat wajib bagi Allah swt yang diklasifikasikan menjadi sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan sifat ma’wiyah. Dalam artikel ini terlebih dahulu kita akan membahas sifat nafsiyah dan sifat salbiyah yang dimiliki Allah swt. Namun sebelum kita lanjut ke pembahasan, sebaiknya sahabat juga membaca artikel sebelumnya tentang Kebebasan Mutlak yang dimiliki Allah SWT.

Pertama adalah sifat nafsiyah.

Sifat nafsiyah adalah sifat yang semata-mata berhubungan dengan zat Allah swt. Dalam hal ini yang tergolong sifat nafsiyah adalah sifat wujud Allah swt. Wujud merupakan zat Allah swt yang mutlak dalam diri-Nya, bukanlah merupakan tambahan dari zat-Nya. Beda halnya dengan alam semesta, seperti bulan, bumi, matahari, dan planet-planet lainnya. Benda-benda tersebut tidaklah tetap, akan tetapi ia terus bergerak dan mengalami perubahan, yang mana gerak dan perubahan itu tak mungkin berasal dari benda itu sendiri, dan jika benda itu berasal dari dirinya sendiri pastilah tak akan mengalami kekurangan apa pun. Akan tetapi pada kenyataannya benda-benda tersebut mempunyai kekurangan-kekurangan. Karena dengan adanya kekurangan itu maka jelaslah bahwasanya benda-benda tersebut digerakkan oleh zat yang Mahakuasa, Allah swt. yang mengendalikan serta memiliki sifat kesempurnaan.

Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Quran surat ke 32 as-Sajdah, ayat 4-5, yang berbunyi.

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا شَفِيْعٍۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ (4)

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَاۤءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗٓ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ (5)

Artinya:

Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. QS as-Sajdah (32: 4-5).

Dari kedua ayat tersebut, kita dapat mengambil dasar-dasar pengertian sebagai berikut.

Allah swt menciptakan langit dan bumi ini dalam enam masa. Yakni masa pertama, dimana semua alam masih berupa asap atau kabut raksasa, kemudian kabut raksasa itu pecah dan salah satunya menjadi bumi; masa kedua, asap atau kabut itu berubah menjadi air; masa ketiga, mulai timbul kekeringan yang pada akhirnya menjadi perbukitan; masa keempat, mulai ada kehidupan baik di air dan di bumi; masa kelima dan keenam, sebagaimana yang kita semua saksikan seperti sekarang ini.

Tidak ada penolong serta pemberi syafaat selain Allah swt. Ini memiliki arti bahwa kekuasaan tunggal hanya ada pada Allah swt.

Semua urusan hanya ada di tangan Allah swt, serta tak ada pihak lain yang ikut campur tangan dengan-Nya.

Kedua adalah sifat salbiyah.

Sifat salbiyah berarti sifat yang tidak sesuai atau tidak patut untuk zat Allah swt. Sifat salbiyah ini ada lima macam yang bertentangan dengan sifat qidam, baqa’, mukhalafatu lil hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah. Adapun kelima sifat salbiyah tersebut sebagai berikut.

Hudus, yang berarti permulaan. Sifat qidam menolak adanya sifat hudus. Berdasarkan teori ad-Daur bahwa alam ini adalah ciptaan Allah swt, adanya Allah swt juga karena adanya alam, Pendapat ini adalah mustahil, karena Allah swt disamakan dengan makhluk ciptaan-Nya.

Allah swt berfirman,

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya:

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. QS al-Hadid (57: 3).

Allah swt tidaklah berawal dan berakhir. Jika Allah swt berawal, sebelum Allah swt bararti ada kekosongan. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan akal. Maka dari itu, sifat qidam bertentangan (menolak) dengan sifat hudus.

Fana, berarti Allah swt mengalami kerusakan dan kepunahan. Jika memang demikian, apa bedanya khalik (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan)? Akal sehat tak mungkin dapat mengakui bahwa pencipta sama dengan yang diciptakan. Akal sehat hanya dapat mengakui bahwa pencipta mempunyai sifat yang jauh lebih sempurna daripada yang diciptakan. Allah swt adalah zat yang menciptakan manusia dan alam semesta. Allah swt tidak akan mengalami kerusakan dan kepunahan sebagaimana makhluk ciptaan-Nya. Allah swt berfirman.

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ

Artinya:

.… Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah …. QS al-Qasas (28: 88)

Sifat baqa Allah swt menolak sifat fana’ karena sangat bertentangan dengan akal sehat.

Mumasalatu lil Hawadisi, berart Allah swt serupa dengan makhluk-Nya. Allah swt tidak akan pernah memerlukan apa yang diperlukanoleh makhluk-Nya. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surat ke 42 asy Syura ayat 11.

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya:

…. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. QS asy-Syura (42: 11).

Berdasarkan ayat di atas, sangatlah jelas bahwa sifat mukhlafatu lil hawadisi Allah swt, menolak sifat mumasalatu lil hawadisi, karena tidak mungkin Allah swt itu serupa dengan makhluk-Nya.

Ihtiyajun ila gairihi atau qiyamahu ligairihi, berarti Allah swt memerlukan bantuan pihak lain. Allah swt tidak memerlukan bantuan pihak lain dalam menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah swt berfirman sebagai berikut.

اِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya:

…. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. QS al-Ankabut (29: 6).

Dari ayat di atas, memperjelas bahwasanya Allah swt tidaklah mungkin memerlukan bantuan dari pihak lain. Maka dari itu, sifat Ihtiyajun ila gairihi atau qiyamahu ligairihi bertentangan dengan sifat mukhlafatu lil hawadisi Allah swt.

Ta’addud, berarti terbilang dua, tiga, atau lebih. Andaikan Allah swt itu lebih dari sat, maka pasti akan timbul perebuatan kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda, saling bersaing shingga akan mengakibatkan kehancuran. Allah swt berfirman dalam surat Al Ikhlas ayat 1.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa“. QS al-Ikhlas (112: 1).

Allah swt itu maha tunggal, tidak mungkin Dia lebih dari satu. Oleh karena itu sifat wahdaniyah Allah swt menolak sifat ta’addud.

Demikian artikel tentang Sifat Nafsiyah dan Salbiyah Allah swt. Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis : Kepala Madrasah

Editorial Lainnya




Jl. Panglima Besar Sudirman No. 133 Lojejer, Wuluhan, Jember, Jawa Timur, ID. 68162

mtsnuris27@gmail.com
www.mtsnuris.sch.id
(0336) 7124001

Agenda