Akankah Mukjizat Ditunjukkan pada Kita?

Pada masa ketika masyarakat menggemari ilmu sihir, Nabi Musa A.S telah mengalahkan tantangan Fir’aun dengan mukjizat atas pertolongan Allah SWT. Ketika para tabib begitu dihormati, Nabi Isa A.S diberikan mukjizat oleh Allah SWT dengan kemampuan menyembuhkan orang yang sakit, bahkan atas izin Allah SWT mampu menghidupkan orang yang sudah mati.

Jika kita melihat kondisi saat ini, banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa agama telah digantikan dengan ilmu sains. Namun demikian, yang sesungguhnya adalah sains merupakan serangkaian aturan yang tertanam dalam materi oleh Allah SWT, tuhan maha pencipta alam semesta ini, beserta hukum-Nya.

Dalam titik krisis ini, mau ataupun tidak kita mengamati keajaibian-keajaban baik yang terjadi secara ilmiah maupun matematis. Kenyataannya bahwa keajaiban-keajaiban yang sangat menakjubkan tersebut terwujud pada masa transisi sejarah.

Seluruh keajaiban itu menunjukkan bahwa hukum-hukum ilmiah Allah SWT mengatur alam semesta serta tidak dapat dan tidak akan bertentangan dengan agama yang diturunkan-Nya. Tidak satupun kontradiksi yang terkandung dalam Al-Qur’an, lagi tidak pula tak konsisten dengan alam semesta yang merupakan ciptaan Allah SWT.

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Quran? Sekiranya (Al-Quran) itu bukan dari Allah, pastilah menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya”. QS Al-Nisa’ (4): 82

Mengapa saat ini kita tidak ditunjukkan kepada kita sebagaimana pada umat terdahulu?

Jawabannya sudah jelas, bahwa hanya Allah SWT semata yang memutuskan untuk melakukan keajaiban dan kapan keajaiban itu ditunjukkan.

Pada masa dimana agama dipertentangkan dengan sains, Allah SWT menunjukkan mukjizat-Nya dengan menarik perhatian kita pada bukti atau fakta-fakta ilimiah yang terkandung dalam Al-Quran. Ini membuktikan bahwa kontradiksi antara agama dan sains sama sekali tidaklah relevan.